Sungai Limau—Tantangan yang jadi peluang besar. Ini gambaran yang terlihat oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman, Rahmang ketika melihat perkembangan demi perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini di lingkungan SMK Maritim Nusantara Sungai Limau.
“Dulu, banyak orang memperkirakan tidak akan jadi bangunan sekolah di lokasi ini. Nah, semangat juang seluruh pengurus Yayasan Al-Ma’arij yang menaungi SMK Maritim Nusantara, akhirnya sekolah ini telah berkembang,” kata Rahmang, Senin (23/10) saat peletakan batu pertama pembangunan Rumah Tahfidz Al-Ma’arij di komplek sekolah tersebut.
Menurut Rahmang, dunia pendidikan sekarang fenuh dengan fenomena. Banyak kenakalan remaja justru terjadi di kalangan pelajar, kekerasan terhadap anak juga dialami olah anak usia sekolah. Begitu juga pahan radikalime, pendapatnya saja yang betul, sementara ide orang lain tidak benar alias salah semua, juga tengah meracuni anak sekolah.
Rahmang yang mantan Camat Sungai Limau ini tahu persis dinamika yang terjadi di tengah masyarakat kecamatan itu. Untuk itu, dia ingin, SMK Maritim Nusantara bisa dijadikan contoh dalam menjauhi pergaulan bebas, narkoba, serta paham radikalisme itu.
“Kita sekarang yang jadi pelajar saat ini, yakinlah 15 – 20 tahun mendatang sudah bisa dibilang jadi generasi pula untuk melanjutkan tonggak kepemimpinan. Rajinlah belajar dan membaca, agar karakter kita kuat, yang pada akhirnya mampu bicara dan bertindak tidak untuk narkoba,” ulasnya.
Rahmang juga memuji e-disiplin yang akan diterapkan di sekolah itu. “Tentunya hal ini langkah maju, dan barangkali SMK Maritim Nusantara yang memulai menerapkan aplikasi ini. Untuk kemajuan prestasi anak, agaknya pihak sekolah perlu juga memberitahu kepada orantua anak lewat media komunikasi,” ujarnya.
“Saya rasa, orangtua anak akan merasa senang manakala menerima SMS dari pengelola sekolah, tentang kabar anaknya yang sedang menimba ilmu,” ungkap Rahmang.
AS. Edi dan H. Amir Azli, pengurus Yayasan Al-Ma’arij menyebutkan, konsep dasar pendirian SMK Maritim Nusantara murni 100 persen berbasis pesantren. “Artinya, ada kamar penginapan, ruang ibadah untuk membentuk karakter anak, dan lokal tentunya sebagai ruang belajar bagi taruna dan taruni yang tidak saja dari Padang Pariaman. Tetapi juga ada dari Pesisir Selatan, Dharmasraya, Agam, dan daerah lainnya di Sumbar,” katanya.
“Akan ada wisuda 1.000 an santri hafidz dan hafidzah se Padang Pariaman dan Kota Pariaman di sekolah ini. Dan Rumah Tahfidz yang kita dirikan hari ini, juga akan menjadi pusat Hafidz Quran di daerah ini, terutama pada Sabtu dan Minggu,” ujar Amir Azli. (501)